RilNews – Hujan deras yang mengguyur sejak awal pekan ini memicu banjir bandang dan longsor di Bali serta Nusa Tenggara Timur (NTT). Data terbaru Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebutkan 19 orang meninggal dunia dan puluhan lainnya masih dinyatakan hilang.
Ratusan Rumah Rusak dan Ribuan Mengungsi
Selain menelan korban jiwa, bencana ini merusak ratusan rumah, menjebol jembatan, serta memutus akses jalan antarwilayah. Di Bali, banjir terparah terjadi di Kabupaten Gianyar, Karangasem, dan Buleleng. Sementara di NTT, wilayah Ende, Ngada, dan Flores Timur menjadi lokasi paling terdampak.
Ribuan warga terpaksa meninggalkan rumah dan mengungsi ke posko darurat yang didirikan pemerintah. Banyak pengungsi mengaku kehilangan tempat tinggal dan harta benda akibat terjangan air dan longsoran tanah.
Evakuasi Korban dan Peringatan Dini
Tim SAR gabungan dari BNPB, Basarnas, TNI, dan Polri masih melakukan pencarian korban hilang. Alat berat dikerahkan untuk membersihkan material longsor yang menutup jalan serta membantu proses evakuasi.
“Cuaca ekstrem masih berpotensi berlanjut di wilayah Bali dan NTT. Kami mengimbau warga tetap waspada dan segera evakuasi bila kondisi memburuk,” ujar Kepala BNPB dalam keterangan resminya.
Penyebab Bencana: Hujan Ekstrem dan Kerusakan Lingkungan
Ahli lingkungan menilai bencana ini bukan hanya dipicu hujan ekstrem, melainkan juga kerusakan lingkungan di daerah hulu sungai dan buruknya tata ruang. Alih fungsi lahan, deforestasi, serta pembangunan di kawasan rawan banjir memperparah dampak hujan deras.
Sistem drainase di beberapa wilayah juga tidak mampu menampung volume air, sehingga genangan meluas hingga ke pemukiman.
Dampak Ekonomi dan Pariwisata
Kerugian akibat bencana diperkirakan mencapai ratusan miliar rupiah. Aktivitas ekonomi terhenti, lahan pertanian terendam banjir, serta jalur transportasi rusak. Di Bali, sektor pariwisata yang baru pulih pascapandemi kembali terganggu akibat akses menuju destinasi wisata terputus.
Harapan dan Mitigasi ke Depan
Peristiwa banjir bandang dan longsor di Bali-NTT kembali mengingatkan pentingnya mitigasi bencana. Perbaikan tata ruang, rehabilitasi daerah resapan, serta sistem peringatan dini harus dipercepat agar kejadian serupa tidak terus menelan korban.